Momentum Hari Sarjana Nasional : Mari Mengenal Guru Besar dan Doktor Pertama di Indonesia
29 September 2017
Add Comment
Sebagai sebuah upaya
untuk menolak lupa terhadap sejarah dalam
dunia pendidikan, postingan kali ini
mencoba memperkenalkan seorang tokoh yang menyandang predikat Guru Besar dan
Doktor Pertama di Indonesia. Tentu upaya ini mecoba meingispirasi para pembaca untuk
kemudain memberikan tanggapan dan respon yang sifatnya membangun, baik
perbedaan temuan berdasarkan refrensi masing-masing pembaca ataupun apresiasi
terhadap tulisan ini. Dalam hemat saya , semua adalah sebjektivitas
masing-masing personal.
Dalam keterbatasan
bacaan penulis sampai tulisan ini dibuat menempatkan seorang tokoh bernama
Husaen Djayadiningrat sebagai Guru Besar pertama dan Doktor Pertama Di
Indonesia. Husaen lahir di Kramatwatu, Serang, 8 desember 1886 dengan nama asli
Pangeran Ario Husaen Djayadiningrat. Awal karir Husaen sebagai penanggungjawab
surat kabar bulanan Sekar Roekoen yang diterbitkan Perkoempoelan Sekar Roekoen
dengan berbhasa Sunda.
Selain karirnya dalam
persuratkabaran yang cukup banyak Husaen juga merupakan salah satu pelopor
tradisi keilmuan di Indonesia. Masa remajanya ia dikenal sebagai pemuda yang
pintar dan berbakat, baik pada ilm agama maupun pada konsep keilmuan di barat,
eropa khususnya. Bekal itulah yang mendorong Snock Hurgronje menyekolahkannya
ke Universitas Kerajaan Leiden hingga meraih gelar Doktor dengan disertasi yang
berjudul Critisce Beschouwing van de Sadrajah
Banten dan lulus dengan predikan cumlaude dari promotornya Snouck Hurgronje. Disertaasi
inipun menjadi cikal bakal terbuknya jalan bagi penelitian tentang
historiografi di Indonesia, sehingga Husaen pun dikenal sebagai “Bapak
Metodologi Penelitian Sejarah Indonesia”.
Dalam perjalanan karir
selanjutnya Husaen pernah menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama dan pada
Zaman pendudukan Jepang ia pernah juga menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Dimasa
setelah kemerdekaan tepatnya pada tahun 1948 ia diangkat menjadi Menteri
Pengajaran, Kesenian dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan Soekarno. Tanpa lupa dengan tanggungjawab
akademiknya Husaen kemudia meraihh gelar Guru Besarnya pada tahun 1952 pada
Fakultas Satra Universitas Indonesia. Tahun 1957 menjadi pimpinan umum Lembaga
Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota komisi.
Pada tanggal 12
nopember 1960, Prof. Dr. Husaen Djayadiningrat menghembuskan nafas terkahirnya
di Jakarta dengan sebuah penghargaan tanda kehormatan dari Negara pada tahun
2015 yaitu Bintang Budaya Parama Dharma sebagai tanda kehormatan yang tertinggi bagi mereka yang berakhlak
dan berbudi pekerti baik serta berjasa besar di bidang budaya di Istana Negara.
0 Response to "Momentum Hari Sarjana Nasional : Mari Mengenal Guru Besar dan Doktor Pertama di Indonesia"
Post a Comment