-->

Momentum Hari Sarjana Nasional : Mari Mengenal Guru Besar dan Doktor Pertama di Indonesia

Penemu
Sebagai sebuah upaya untuk menolak lupa terhadap  sejarah dalam dunia pendidikan,  postingan kali ini mencoba memperkenalkan seorang tokoh yang menyandang predikat Guru Besar dan Doktor Pertama di Indonesia.  Tentu  upaya ini mecoba meingispirasi para pembaca untuk kemudain memberikan tanggapan dan respon yang sifatnya membangun, baik perbedaan temuan berdasarkan refrensi masing-masing pembaca ataupun apresiasi terhadap tulisan ini. Dalam hemat saya , semua adalah sebjektivitas masing-masing personal.

Dalam keterbatasan bacaan penulis sampai tulisan ini dibuat menempatkan seorang tokoh bernama Husaen Djayadiningrat sebagai Guru Besar pertama dan Doktor Pertama Di Indonesia. Husaen lahir di Kramatwatu, Serang, 8 desember 1886 dengan nama asli Pangeran Ario Husaen Djayadiningrat. Awal karir Husaen sebagai penanggungjawab surat kabar bulanan Sekar Roekoen yang diterbitkan Perkoempoelan Sekar Roekoen dengan berbhasa Sunda.


Selain karirnya dalam persuratkabaran yang cukup banyak Husaen juga merupakan salah satu pelopor tradisi keilmuan di Indonesia. Masa remajanya ia dikenal sebagai pemuda yang pintar dan berbakat, baik pada ilm agama maupun pada konsep keilmuan di barat, eropa khususnya. Bekal itulah yang mendorong Snock Hurgronje menyekolahkannya ke Universitas Kerajaan Leiden hingga meraih gelar Doktor dengan disertasi yang berjudul Critisce Beschouwing van de Sadrajah Banten dan lulus dengan predikan cumlaude  dari promotornya Snouck Hurgronje. Disertaasi inipun menjadi cikal bakal terbuknya jalan bagi penelitian tentang historiografi di Indonesia, sehingga Husaen pun dikenal sebagai “Bapak Metodologi Penelitian Sejarah Indonesia”.


Dalam perjalanan karir selanjutnya Husaen pernah menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama dan pada Zaman pendudukan Jepang ia pernah juga menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Dimasa setelah kemerdekaan tepatnya pada tahun 1948 ia diangkat menjadi Menteri Pengajaran, Kesenian dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan  Soekarno. Tanpa lupa dengan tanggungjawab akademiknya Husaen kemudia meraihh gelar Guru Besarnya pada tahun 1952 pada Fakultas Satra Universitas Indonesia. Tahun 1957 menjadi pimpinan umum Lembaga Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota komisi.



Pada tanggal 12 nopember 1960, Prof. Dr. Husaen Djayadiningrat menghembuskan nafas terkahirnya di Jakarta dengan sebuah penghargaan tanda kehormatan dari Negara pada tahun 2015 yaitu Bintang Budaya Parama Dharma sebagai tanda kehormatan yang tertinggi bagi mereka yang berakhlak dan berbudi pekerti baik serta berjasa besar di bidang budaya di Istana Negara.           

0 Response to "Momentum Hari Sarjana Nasional : Mari Mengenal Guru Besar dan Doktor Pertama di Indonesia"

Post a Comment

Iklan Atas Arikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel